Sunday, June 13, 2010

Mostly, economic survivals

Ketika saya sedang berada di bilangan jl. Hayam wuruk saya mampir ke kedai kopi pinggir jalan tepat di seberang discotique Millenium,sambil menunggu kopi agak berkurang panasnya,saya menatap kearah pinggir jalanan tempat saya minum kopi,ada barisan wanita lumayan banyak saya pikir lebih dari 25 orang.Saya mendekati salah satu diantaranya namanya Diana asli dari Semarang dia bilang lagi sepi tamu,Malam itu malam selasa wajar kalau tidak seperti malam malam weekend.Dia menceritakan kalau ayahnya sedang sakit ginjal harus cuci darah 1x seminggu,ibunya terkena stroke ringan, layaknya seorang jurnalist saya mencoba bertanya kenapa Diana terjerumus menjadi PSK.Ternyata dia nggak keberatan menjelaskan semua itu.Pada waktu Diana berumur 17 th ia djual oleh pacarnya sendiri kepada suatu sindikat perdagangan anak (child trafficking) untuk dikirim ke Pulau Batam.Pelaku (pacar korban) berpura pura akan menikahi sehingga orang tua korban tidak menaruh curiga terhadap pelaku.Korban diajak ke Bandara Soekarno Hatta dan di jual kepada seseorang seharga Rp. 3 juta dan akan dipekerjakan di sebuah Discqotique di Batam.Korban langsung dibawa ke Batam dengan tiket yang telah disiapkan sebelumnya.Setelah sampai di Batam korban berhasil menghubungi orangtua di Semarang sehingga kasus perdagangan ini dapat di bongkar polisi.

Dari ilustrasi di atas saya masih yakin banyak kasus serupa.gejala sepeti ini dapat dipahami atau kalau boleh mengadopsi pemikiran tentang adanya mekanisme pasar dalam perdagangan anak untuk prostitusi.Dan bisa dipahami berjalannya perdangan anak untuk prostitusi memenuhi mekanisme pasar,yaitu adanya kebutuhan (demand) dan pasokan (supply) terhadap pekerja seks komersial,dan ini sangat berkaitan erat industri pariwisata dan hiburan yang memang sangat menyukai anak anak untuk obyek seksualitas mereka.

0 comments:

Post a Comment